“ Anak adalah amanat di tangan kedua orangtuanya. Hatinya yang suci adalah mutiara yang masih mentah, belum dipahat maupun dibentuk. Mutiara ini dapat dipahat dalam bentuk apa pun, mudah condong kepada segala sesuatu. Apabila dibiasakan dan diajari dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dalam kebaikan itu. Dampaknya, kedua orangtuanya akan hidup berbahagia di dunia dan di akhirat. Namun apabila dibiasakan dengan keburukan dan dilalaikan, pasti anak akan merasa celaka dan binasa. Dosanya akan melilit leher orang yang seharusnya bertanggung jawab atasnya dan menjadi walinya.” – Imam AlGhazali
Mendidik anak adalah perjalanan panjang yang membutuhkan ‘perbekalan’ agar anak sampai pada tujuan dengan selamat. Tidak hanya bekal materi semata, melainkan juga penanaman tauhid, akhlak, ilmu agama dan keduniaan, dan juga proses pengalaman dan tumbuh kembangnya. Ada kalanya kita sering mendapat banyak rintangan saat proses mendidik anak-anak kita. Bukan perkara mudah memang mendampingi anak-anak kita berproses dalam tumbuh kembangnya. Namun kita tidak boleh berputus asa, agar anak-anak juga tidak berputus asa dalam proses bertumbuhnya.
Anak belajar dengan mengamati, menyimak, dan menirukan apa yang orang dewasa lakukan. Hal tersebut harusnya memudahkan orangtua mengajari kebiasaan-kebiasaan baik pada anak. Namun bagaimana jika kita merasa kesulitan saat anak sulit memahami apa yang kita ingikan? Barangkali cara yang kita lakukan kurang tepat, sehingga membuat anak-anak terkesan tidak mendengarkan dan acuh dengan nasihat kita. Ada beberapa hal yang patut kita terapkan agar anak-anak mau mendengarkan dan memahami maksud yang ingin kita sampaikan.
- Menceritakan Kisah-Kisah, Kisah menempati peringkat pertama sebagai landasan dasar metode pemikiran yang memberi dampak positif pada pemikiran anak. Anak-anak menyukai saat membaca atau diperdengarkan kisah. Kisah-kisah memainkan peranan penting dalam menarik perhatian anak dan membangun pola pikirnya. Melalui nilai yang terkandung di dalam kisah tersebut, akan memudahkan kita mengambil pelajaran dan menerapkan dalam kehidupan anak sehari-hari.
Jika kita mau menyelami lebih dalam, banyak kisah-kisah kenabian dan para sahabat yang ditujukan kepada anak-anak. Kisah kenabian berpedoman pada kisah-kisah nyata dimasa lampau. Tidak berdasarkan cerita fiktif dan khayalan. Sehingga darinya kita dapat menanamkan kepercayaan akan sejarah pada diri anak dan menanamkan nilai keislaman. Akan mudah kita temukan buku-buku kisah para nabi dan sahabat di toko buku dengan ilustrasi yang menarik anak-anak. Sehingga memudahkan kita unuk mendapatkan referensi cerita-cerita yang tepat untuk anak.
- Berdialog langsung ke inti persoalan
Berdialog secara langsung dalam menjelaskan berbagai realita dan menyusun pengetahuan agar mudah dipahami dan dihafalkan akan membuat anak siap dan mudah memahami. Jangan menggunakan kata-kata ambigu yang anak-anak belum ketahui maknanya. Seperti kata-kata kiasan atau kata yang terlalu umum maknanya.
- Berbicara Sesuai Kadar Akal Manusia
Akal dan pikiran manusia berkembang sesuai batas usia. Demikian juga dengan anak-anak. Anak memiliki keterbatasan dalam berpikir dan tidak dapat melampauinya. Akal dan pikirannya masih dalam masa pertumbuhan. Akan lebih mudah berbicara dengan anak saat kita mampu memahami perkembangan berpikirnya. Orangtua dan guru lebih mudah berinteraksi dengan anak karena pengetahuannya akan tingkatan pertumbuhan akal anak. Sehingga lebih memudahkan dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak. Dengan pengetahuanya tersebut, mereka mengetahui kapan harus berbicara dengan anak, kalimat apa yang sebaiknya digunakan dan pola pikir apa yang harus diungkapkan.
- Tanya jawab
Tanya jawab dapat merangsang pertumbuhan akal anak dan meluaskan wawasannya. Sebab dengan bertanya-jawab si anak dapat mengungkapkan apa yang ada di benaknya. Sehingga memungkinkan mereka untuk bertanya berbagai hal yang belum mereka ketahui. Tanya jawab ini menjadi salah satu metode yang bisa kita lakukan dalam menggali sejauh mana pertumbuhan akal anak. Akan memudahkan kita dalam memberikan solusi terhadap keingitahuan anak terhadap apa yang ingin mereka ketahui.
- Melatih anak dengan aktivitas
Melatih indra anak dengan melakukan aktivitas secara langsung dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan tersendiri kepada anak. Ketika anak mulai menyibukkan diri dengan sebuah pekerjaan, hal itu akan mengunggah kesadarannya sehingga mereka dapat menyaksikan bagaimana cara melatih indranya dan melakukan pekerjaan tersebut tahap demi tahap.
- Mengarahkan anak untuk meneladani rasul
Ikatan seorang anak dengan pribadi Rasulullah shalalahu’alaihi wasalam akan memupuk kecintaanya. Dengan kecintaanya kepada Rasulullah tersebut akan memudahkan orangtua dalam memberikan tauladan yang baik kepada anak. Karena anak akan menjadikan Rasulullah sebagai pedoman dengan meniru dan mencontoh perilaku rasul.
Kita bisa menceritakan bagaimana kehidupan rosul, sikap beliau, dan lain sebagainya.
Bahwasanya akan lebih tertanam dalam jiwa anak saat apa yang kita ceritakan adalah fakta sejarah. Karena anak tidak akan merasa dibohongi dengan cerita-cerita fiktif. Rasululah adalah sebaik-baik pedoman kehidupan. Banyak sekali kisah kehidupan rasulullah yang sangat menarik untuk diceritakan kepada anak-anak kita.
Di era saat ini, banyak tokoh-tokoh superhero yang muncul dalam karangan imajinatif belaka. Meskipun tersirat pesan heroik, namun tidak sedikit juga anak-anak yang salah mengambil hikmah. Anak akan cenderung menirukan adegan kekerasannya dengan bertindak seolah berperan menjadi superhero.
Beberapa cara tersebut bisa kita terapkan sebagai pendekatan kita terhadap anak. Sebelum kita meminta anak dapat memahami kita sebagai orang dewasa, tentunya kita yang harusnya bisa memahami anak kita terlebih dahulu bukan? Yang pada akhirnya akal setiap anak akan berkembang ke arah yang lebih baik sesuai dengan pembiasaan dan cara kita mendidik mereka.
Semarang, 26 Februari 2021
Ade Umu fadillah (PG-RA Alkhoiriyyah 01)